Implan gigi dapat menjadi salah satu solusi gigi rusak parah. Prosedur ini mengharuskan gigi rusak dicabut terlebih dulu, lalu diganti dengan akar dan mahkota gigi buatan. Kerusakan gigi sendiri bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya perawatan kebersihan dan kesehatan mulut, hingga kebiasaan buruk seperti menggertakan gigi (bruxism).
Apa Itu Bruxism?
Bruxism adalah kebiasaan seseorang menggertakan, menggesek, atau mengatupkan gigi dengan kuat saat terbangun (awake bruxism) maupun saat tidur (sleep bruxism). Gigi gemeretak saat tidur biasanya terjadi secara tidak sengaja. Akibatnya, orang telat menyadari kebiasaan buruk ini setelah muncul gejala seperti:
- Gigi terkikis
- Gigi aus
- Gigi retak
- Gigi sensitif & ngilu
- Otot rahang terasa kaku
Selain merusak struktur gigi, bruxism juga dapat memicu berbagai gangguan tidur lain, seperti mendengkur atau henti nafas sementara (sleep apnea). Kondisi ini terjadi karena otot rahang yang terus tegang dapat mengganggu saluran pernapasan dan kualitas tidur secara keseluruhan.
Baca juga: Apa Itu Pasak Gigi, Jenis, dan Proses Pemasangannya
Penyebab Kertak Gigi
Penyebab bruxism belum sepenuhnya diketahui, namun ada beberapa faktor yang dapat memicu atau memperparah kebiasaan ini, antara lain:
1. Stres dan Cemas
Tekanan emosional dan rasa cemas berlebih dapat memicu seseorang menggertakkan gigi sebagai bentuk respons tubuh untuk menyalurkan ketegangan yang dirasakan.
2. Gangguan Tidur
Orang yang mengalami sleep apnea atau gangguan tidur lainnya lebih berisiko mengalami bruxism karena tubuh berusaha membuka saluran napas yang tersumbat saat tidur.
3. Gigi Tidak Rata (Maloklusi)
Susunan gigi tidak rata bisa membuat rahang tidak nyaman dan memicu kebiasaan mengatupkan gigi secara berulang sebagai upaya tubuh mencari posisi gigitan yang terasa “pas”.
4. Gaya Hidup Buruk
Kebiasaan hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi kualitas tidur dan memicu aktivitas berlebihan pada otot rahang saat tidur.
5. Faktor Genetik
Bruxism juga bersifat genetik atau keturunan. Apabila salah satu anggota keluarga memilikinya, kemungkinan Anda juga bisa mengalaminya.
6. Kondisi Medis Tertentu
Beberapa kondisi medis seperti Parkinson, GERD, atau ADHD dapat mempengaruhi aktivitas otot dan saraf, sehingga memicu kebiasaan menggertakkan gigi. Selain itu, obat antidepresan tertentu juga bisa menimbulkan efek samping berupa bruxism.
Baca juga: Mengenal Anodontia, Kondisi Genetik Langka pada Gigi
Cara Mengatasi Bruxism
Kebiasaan kertak gigi yang terjadi berulang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada gigi jika tidak segera ditangani. Untuk mengatasinya, diperlukan kombinasi perawatan dari dokter gigi dan perubahan gaya hidup. Berikut, cara mengatasi bruxism.
- Mouth guard atau night guard
Umumnya dokter gigi akan memberikan pelindung mulut yang terbuat dari plastik khusus untuk digunakan saat tidur. Mouth guard berfungsi untuk mencegah gigi atas dan bawah saling bergesekan.

- Meratakan gigi
Jika bruxism disebabkan oleh maloklusi, dokter mungkin akan menyarankan perawatan aligner atau behel untuk mengoreksi susunan gigi berantakan.
- Mengelola stres
Konsultasi dengan psikolog dapat membantu Anda mengatasi stres dan rasa cemas berlebih yang menjadi pemicu bruxism. Selain itu, teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau terapi perilaku juga efektif untuk menenangkan pikiran dan mengurangi ketegangan pada otot rahang.
- Gaya hidup sehat
Aktif berolahraga serta mengurangi konsumsi kafein, alkohol, makanan berminyak, dan gula berlebih dapat membantu tubuh terasa lebih ringan dan rileks. Kondisi tubuh yang lebih tenang ini dapat mencegah otot rahang menjadi kaku dan mengurangi kebiasaan gigi saling bergesekan.
Gigi Rusak Parah Akibat Bruxism
Jika Anda telah mengalami gejala-gejala bruxism, sebaiknya Anda segera konsultasi dokter gigi untuk menemukan perawatan yang tepat. Karena, kebiasaan menggertakkan gigi secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan serius pada struktur gigi.
Tekanan berulang saat mengatupkan rahang membuat lapisan enamel terkikis, sehingga gigi menjadi lebih sensitif, mudah patah, atau retak. Dalam jangka panjang, bentuk permukaan gigi bisa berubah dan memengaruhi keseimbangan gigitan.
Jika kerusakan gigi sudah parah dan tidak dapat dipertahankan, Anda dapat melakukan implan gigi untuk mengembalikan fungsi dan estetika gigi. Implan gigi bekerja seperti gigi asli karena prosedurnya yang ditanamkan ke tulang rahang, sehingga hasilnya lebih kuat, nyaman, dan terlihat natural. Dengan perawatan yang tepat dari dokter gigi, implan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menggantikan gigi yang hilang akibat bruxism.
0 Comment
No Comments yet
Be the first to give a comment
Mungkin Anda Suka
Lokasi Klinik
Jl. Pakubuwono VI-71 Blok E.1 RT. 11 RW. 2, Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Jl. K.H. Wahid Hasyim No.47, Gondangdia, Jakarta Pusat
Jl. Boulevard Barat, Ruko Inkopal Blok C no. 77-78, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Ruko Metro Gallery, Jl. Pantai Indah Utara 2 Blok.8 No. CE, Penjaringan, Jakarta Utara
Ruko Mendrisio, Jl. Boulevard iL Lago, BSD Raya Utama No.26 & 27, Serpong, Banten 15332
Jl. Indragiri No.48-A, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya
Ruko Hyper Paskal Square B69 (Lantai 2), Jl. Pasir Kaliki No.25-27, Kb. Jeruk, Andir, Bandung 40181
Jl. Sunset Road No.105, Seminyak, Kec. Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361